Meskipun ada kemarahan yang meluas atas perang Moskow di Ukraina, hanya sejumlah kecil perusahaan Barat yang meninggalkan Rusia, menurut sebuah penelitian di Swiss.
Para peneliti di University of St. Gallen dan Institut IMD di Lausanne menyelidiki berapa banyak perusahaan yang berbasis di Uni Eropa dan di negara-negara G7 yang sebenarnya telah mendivestasi Rusia sejak invasi besar-besaran ke Ukraina dimulai Februari lalu.
Temuan mereka mengungkapkan “penarikan yang sangat terbatas dari perusahaan UE dan G7 dari Rusia, (dan) menantang narasi bahwa ada eksodus besar perusahaan Barat yang meninggalkan pasar,” University of St. Gallen mengatakan dalam sebuah pernyataan Kamis.
“Faktanya, banyak perusahaan yang berkantor pusat di negara-negara ini menolak tekanan dari pemerintah, media, dan LSM untuk meninggalkan Rusia sejak invasi ke Ukraina.”
Studi tersebut, yang diterbitkan bulan lalu oleh Social Science Research Network (SSRN) online – penerbit studi “pra-cetak” yang belum menjadi sasaran tinjauan ilmiah – menunjukkan bahwa hanya kurang dari 10% perusahaan UE dan G7 dengan Rusia anak perusahaan yang mereka buang.
Ketika Moskow memulai invasinya, 1.404 perusahaan yang berbasis di UE dan G7 menghitung total 2.405 anak perusahaan yang aktif di Rusia, studi tersebut menunjukkan.
Pada akhir November, hanya 120, atau sekitar 8,5% dari perusahaan tersebut, yang telah menjual setidaknya satu anak perusahaan di Rusia, menurut penulis studi Niccolo Pisani dan Simon Evenett.
Ada lebih banyak perusahaan yang keluar dari perusahaan yang berkantor pusat di Amerika Serikat daripada yang berbasis di Eropa dan Jepang.
Tetapi bahkan dengan Amerika Serikat, kurang dari 18% anak perusahaan Amerika yang beroperasi di Rusia telah sepenuhnya didivestasikan sejak invasi dimulai, studi tersebut menunjukkan.
Sebaliknya, 15% perusahaan Jepang dan hanya 8,3% perusahaan UE menarik diri dari Rusia, katanya.
Dari mereka yang meninggalkan anak perusahaan Rusia mereka, 19,5% adalah Jerman dan 12,4% adalah milik Amerika, menurut penelitian tersebut.
Penelitian juga menunjukkan bahwa perusahaan Barat yang keluar hanya menyumbang 6,5% dari total laba sebelum pajak perusahaan UE dan G7 dengan operasi komersial aktif di Rusia.
Sementara itu, mereka menyumbang 15,3% dari total jumlah karyawan yang bekerja untuk perusahaan semacam itu di Rusia.
Hal ini menunjukkan bahwa, rata-rata, perusahaan yang keluar cenderung memiliki profitabilitas yang lebih rendah dan tenaga kerja yang lebih besar daripada perusahaan yang tetap tinggal di Rusia, kata studi tersebut.
Temuan ini, kata pernyataan universitas, “mempertanyakan kesediaan perusahaan Barat untuk melepaskan diri dari ekonomi yang sekarang dilihat pemerintah mereka sebagai saingan geopolitik.”