Mengapa horor itu mengasyikkan?

Saya rasa semua orang yang pernah menonton film horor pasti memperhatikan bahwa selalu ada adegan telanjang atau seks saat seorang pembunuh berantai mengintai di kamp pemuda, rumah di hutan, atau pesta. Atau ingat wanita yang lari setengah telanjang dari pembunuh yang mengejar mereka dalam budaya pop arus utama.

Dan semua ini ada alasannya: the eroguro.

Oh eroguro, perpaduan kata “erotis” dan “aneh”, merupakan fenomena artistik yang muncul dari persinggungan antara erotisme dan mengerikan. Ekspresi artistik ini membangkitkan perpaduan unik antara kenikmatan dan gangguan sensual, menantang konvensi estetika konvensional dan mengeksplorasi batas kepekaan manusia. Melalui gambar dan narasi yang sering menggabungkan unsur hasrat seksual dan kekerasan grafis, eroguro berupaya membangkitkan ketidaknyamanan, keterkejutan, dan refleksi pada aspek paling gelap dari jiwa manusia. Melampaui batas-batas budaya, Eroguro menantang pemirsa untuk menghadapi kedalaman pengalaman manusia yang belum dijelajahi, membangkitkan berbagai respons emosional dan intelektual.

Tetapi mengapa kematian brutal yang akan segera terjadi itu bersifat erotis?

George Bataille menjelaskan alasannya kepada kami. Teori kematian dan erotisme George Bataille merupakan eksplorasi mendalam tentang titik temu antara dua konsep yang tampaknya berlawanan ini. Bataille percaya bahwa kematian dan erotisme pada hakikatnya terkait melalui gagasan pelanggaran dan ekses. Ia berargumentasi bahwa baik kematian maupun erotisme melibatkan pendobrakan batasan-batasan konvensional dan masuknya ke dalam ranah tabu dan hal-hal yang tidak diketahui.

Bataille melihat erotisme sebagai pencarian pengalaman yang melampaui batas-batas diri dan pemisahan antar individu. Dia percaya bahwa erotisme melibatkan penyerahan diri pada hasrat dan nafsu, yang menyebabkan hilangnya kendali rasional untuk sementara. Demikian pula, Bataille memandang kematian sebagai bentuk pelanggaran ekstrem, yang menantang batasan antara hidup dan mati.

Hubungan antara kematian dan erotisme dalam Bataille bukan sekadar literal, melainkan eksplorasi mendalam terhadap sifat manusia dan pencarian hal-hal yang tidak diketahui. Ia melihat kedua pengalaman tersebut sebagai cara untuk mengatasi kehidupan sehari-hari yang monoton dan mengakses keadaan ekstasi dan kebebasan. Intinya, teori kematian dan erotisme Bataille menantang konvensi sosial dan mengeksplorasi dimensi terdalam dan paling misterius dari keberadaan manusia.

Dan percampuran ini bukan yang terkini, sekitar tahun 1760 Marquis de Sade sudah sibuk menulis cerita yang melibatkan hal-hal yang profan dan aneh: darah, isi perut, mayat, dan eskatologi adalah tema yang berulang dalam cerita-ceritanya, hasil dari masa ketika Puritanisme dan Penindasan emosi dan hasrat membuat cerita terlarang ini menjadi sangat populer.

Dan bagaimana hal itu menjadi populer di Jepang?

Popularitasnya di Jepang dapat dikaitkan dengan berbagai alasan budaya, sosial dan sejarah. Pertama, Jepang memiliki tradisi seni dan sastra erotis yang kaya sejak berabad-abad yang lalu, yang menunjukkan penerimaan historis terhadap erotisme sebagai bentuk ekspresi artistik. Selain itu, budaya Jepang sering kali menjunjung tinggi hal-hal yang tabu dan melanggar norma-norma sosial, yang dapat dilihat sebagai bentuk penolakan terhadap konformitas.

Oh eroguro juga dapat dipahami sebagai respon terhadap perubahan sosial dan kompleksitas kehidupan modern di Jepang. Dalam masyarakat yang sering dicirikan oleh tekanan sosial, langkah cepat dan konformitas, eroguro ini bisa menjadi cara untuk mengeksplorasi aspek gelap dan tersembunyi dari jiwa manusia, memberikan jalan keluar bagi emosi yang tertekan dan pemikiran kontroversial. Selain itu, pengaruh Barat, termasuk sastra Gotik dan gerakan seni surealis, mungkin juga berperan dalam mempopulerkannya. Pengaruh ini membawa unsur ambiguitas, ketidaknyamanan dan eksplorasi jiwa manusia ke dunia seni Jepang.

Penting untuk dicatat bahwa minat terhadap eroguro tidak universal di seluruh Jepang, dan sering kali lebih dikaitkan dengan subkultur seni, sastra, dan sinematografi, dan meskipun populer, seperti dalam karya Junji Ito (yang banyak menampilkan ketelanjangan) dan karya Senno Knife, kategori ini cukup menderita karena eromangá . prasangka, meskipun berakar luas pada budaya pop dan sastra dunia.

Togel Singapore Hari Ini

By gacor88