Duta Besar Brazil untuk urusan Amerika Latin mengatakan pada hari Kamis bahwa referendum Venezuela yang akan datang bagi warga negara untuk memutuskan apakah negara tersebut harus mengklaim kedaulatan atas wilayah yang luas di Guyana adalah “urusan dalam negeri.”

Venezuela akan mengadakan referendum tidak mengikat pada hari Minggu mengenai apakah negara tersebut harus mengklaim kedaulatan atas Essequibo, wilayah luas kaya mineral yang mencakup sekitar dua pertiga negara tetangganya, Guyana. Semua warga Venezuela yang berusia di atas 18 tahun berhak memilih.

Pada bulan Desember 2020, Mahkamah Internasional aturan 12-4 bahwa pemberian wilayah Essequibo pada tahun 1899 kepada Inggris Raya (Guyana saat itu merupakan sebuah koloni) adalah sah dan mengikat. Pada tahun 1966, tahun ketika Guyana merdeka, Inggris dan Venezuela menandatangani perjanjian pembentukan komisi bersama untuk menyelesaikan sengketa tanah.

Bulan ini, Guyana meminta pengadilan mengeluarkan perintah untuk mencegah Venezuela mengklaim wilayah tersebut. Putusan telah diumumkan untuk besok.

Presiden Irfan Ali dari Guyana bepergian ke Essequibo pada akhir bulan Oktober dan menyatakan bahwa wilayah tersebut adalah “milik kita, setiap inci perseginya”.

Perselisihan ini meningkat ketika ExxonMobil menemukan cadangan minyak dalam jumlah besar di lepas pantai Guyana pada tahun 2015 – banyak di antaranya di Essequibo. Perusahaan tersebut mengatakan sumur-sumur di wilayah tersebut diperkirakan memiliki kapasitas 11 miliar barel minyak, dengan proyeksi kapasitas produksi lebih dari 1,2 juta barel per hari pada tahun 2027.

Dalam konferensi pers hari Kamis, Duta Besar Gisela Maria Padovan menegaskan kembali posisi Brasil dalam penyelesaian sengketa secara damai dan “tidak dapat diterimanya” perolehan wilayah dengan kekerasan. Dia juga mengatakan referendum tersebut kemungkinan akan menghasilkan mayoritas yang mendukung aneksasi, karena Essequibo adalah salah satu dari sedikit topik yang disetujui oleh pemerintah dan oposisi Venezuela.

Dia menambahkan bahwa Brasil mengikuti kasus ini “dengan penuh keprihatinan” dan menegaskan kembali bahwa penasihat kebijakan luar negeri utama Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, Celso Amorim, berada di Caracas baru-baru ini untuk mengadakan pembicaraan mengenai masalah ini “di tingkat tertinggi”.

Nyonya. Padovan juga mengatakan bahwa perselisihan Venezuela-Guyana tidak ada dalam agenda pertemuan puncak para kepala negara Mercosur di Rio mendatang, aliansi perdagangan yang dibentuk oleh Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay. KTT dijadwalkan pada 6-7 Desember.

Pada bulan September 2022, pada masa pemerintahan Jair Bolsonaro, Brasil abstain dalam pemungutan suara mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengecam aneksasi empat provinsi di Ukraina yang diumumkan Rusia.


Hongkongpool

By gacor88