Pelapor di STF memberikan suara untuk legalitas penyelidikan

Menteri Edson Fachin, dari Mahkamah Agung Federal (STF), kemarin (10) memberikan suara mendukung legalitas penyelidikan yang dibuka oleh pengadilan itu sendiri untuk menyelidiki penyebaran berita palsu dan ancaman terhadap anggota Pengadilan.

Sebelas menteri tersebut sedang menganalisis tindakan Jaringan Keberlanjutan, yang diajukan tahun lalu untuk menantang cara penyelidikan dibuka. Menurut aturan acara pidana, seharusnya penyidikan dilakukan oleh jaksa penuntut umum atau polisi.

Setelah dilakukan pemungutan suara oleh Menteri yang merupakan pelapor aksi, sidang dihentikan sementara dan akan dilanjutkan pada Rabu (17) mendatang, pukul 09.30 WIB. Sepuluh menteri lagi harus memilih.

Investigasi dibuka pada Maret 2019. Saat itu, Presiden STF, Menteri Dias Toffoli, membela tindakan tersebut sebagai cara untuk memerangi penyebaran berita palsu yang mempengaruhi kehormatan dan keselamatan STF, anggota dan keluarganya. Menurut presiden, yang menunjuk menteri Alexandre de Moraes sebagai pelapor kasus tersebut, keputusan untuk membuka kasus tersebut didukung oleh aturan internal Pengadilan.

Dalam pemahaman Fachin, ada kelalaian yang dilakukan oleh badan-badan pemerintahan, yang tidak mengambil inisiatif untuk menyelidiki serangan terhadap independensi Kehakiman di jejaring sosial. Dengan begitu, menurut Menkeu, peraturan internal bisa dijadikan sebagai instrumen pertahanan institusi.

“Mempertahankan kediktatoran, menutup Kongres atau Mahkamah Agung adalah hal yang tidak bisa diterima. Tidak ada kebebasan berekspresi yang mendukung pembelaan atas tindakan-tindakan ini. Siapa pun yang mempraktikkannya harus tahu bahwa mereka akan menghadapi keadilan konstitusional di negaranya,” ujarnya.

Berdasarkan investigasi terhadap proses ini, surat perintah penggeledahan dan penyitaan dikeluarkan bulan lalu terhadap para pengusaha dan mereka yang dituduh mendanai, mencemarkan nama baik dan mengancam menteri pengadilan melalui Internet. Penggeledahan ini dan penggeledahan lainnya yang terjadi sejak awal penyidikan juga telah disahkan oleh pelapor.

Batasan

Edson Fachin juga memberikan batasan dalam suaranya yang harus dipatuhi untuk membenarkan kelanjutan penyelidikan.

Sesuai parameter yang ditetapkan, penyidikan harus didampingi oleh Kejaksaan, kuasa hukum pihak yang diperiksa harus mempunyai akses terhadap proses tersebut dan tujuan penyidikan harus berupa ancaman terhadap menteri, keluarganya, terhadap kekuatan yang berkumpul, terhadap supremasi hukum dan bertentangan dengan demokrasi.

Pelapor juga menjelaskan bahwa artikel jurnalistik dan manifestasi pribadi di jejaring sosial tidak dapat menjadi subjek penyelidikan, selama artikel tersebut bukan bagian dari “skema pendanaan dan distribusi massal di jejaring sosial.”

PGR

Dalam persidangan, Jaksa Agung Republik, Augusto Aras, membela kelanjutan penyelidikan, namun dengan pedoman untuk menjamin partisipasi Kementerian Umum. Aras juga menolak ancaman terhadap menteri pengadilan dan mengatakan bahwa berita palsu tidak hanya disebarkan oleh blogger.

“Kita tahu bahwa fenomena jahat berita palsu ini tidak hanya terjadi pada blogger di media sosial. Hal ini dirangsang oleh semua segmen komunikasi modern, tanpa jaringan, tanpa rasa hormat yang diajarkan generasi kita kepada surat kabar untuk diyakini kebenarannya,” katanya.

AGU

Jaksa Agung Uni Eropa, José Levi do Amaral, membela kelanjutan penyelidikan, selama kebebasan berekspresi tidak dikriminalisasi.

Menurut Levi, kebebasan berekspresi dan pers harus menyeluruh di media tradisional dan jejaring sosial, baik penulis pesannya adalah jurnalis profesional atau bukan.

“Sensor, tidak pernah. Padahal, kebebasan berekspresi dan kebebasan pers tentu harus dibarengi dengan jaminan non-sensor, yaitu larangan sensor,” ujarnya.

Data SGP Hari Ini

By gacor88